



Kerajaan Indonesia telah memperingatkan masyarakat di negara itu bahawa rokok elektronik yang telah beredar di beberapa kota adalah produk terlarang dan berbahaya.
“Produk tersebut belum melakukan ujian klinikal yang mungkin lebih berbahaya dari jenis konvensional. Badan Kesihatan Dunia (WHO) juga menyatakan produk ini tidak selamat digunakan dan mengesyorkan untuk melarang penggunaannya,” menurut sumber di Jakarta.
Rokok elektronik atau “Elecronic Nicotine Delivery Systems” (ENDS) dipasarkan sebagai pengganti rokok dan didakwa tidak menimbulkan bau dan asap. Bentuknya seperti batang rokok biasa, tetapi tidak membakar daun tembakau, seperti produk rokok konvensional, ENDS membakar cairan nikotin menggunakan bateri dan wapnya itu akan memasuki liang paru-paru perokok. Produk itu dipasarkan dengan banyak jenama, di antaranya rokok elektronik, ecigarro, electro-smoke, green-cig, dan smartsmoker.
Sumber mengatakan, pihaknya telah mendapatkan laporan dari berbagai tempat, antara lain Makassar, Semarang, Lampung, dan Palembang, mengenai beredarnya produk ierlarang tersebut dan telah melakukan kerjasama dengan Kementerian Perdagangan untuk pemantauan.
“Karena ia bahan terlarang, agensi perubatan tidak dapat melakukan pengawasan. Produk itu juga belum didaftar sebagai rokok sehingga tidak dapat ditentukan cukainya” kata sumber.
Dalam satu brosur yang diedarkan, salah satu produk tersebut yang bernama Rokok Elektrik Surabaya memasarkan dua jenis rokok, yakni berwarna hitam dan hijau. Rokok warna hitam dijual seharga Rp190 ribu dan warna hijau seharga Rp160 ribu. Produk itu juga mendakwa telah mendapatkan pengiktirafan kerajaan dan antarabangsa tetapi dibantah kerajaan Indonesia.
“Produk itu belum didaftarkan di Indonesia. Di banyak negara juga beredar secara haram. Kerajaann China dan Hong Kong juga sudah melarang karena dianggap beracun,” kata sumber.
Pengeluar ENDS didapati tidak secara jelas menjelaskan kandungan bahan kimia yang dimasukkan semasa proses pembuatan. “Jumlah industri juga tidak jelas, tapi dari pencarian internet paling sedikit terdapat 24 syarikat yang berdaftar menjadi pengeluar di Indonesia.
FDA di Amerika Serikat pada Mei 2009 lalu telah melakukan analisis terhadap rokok tersebut dan menguji kandungan e-cigarette dari dua pengeluar. Hasilnya adalah ditemukan adanya kandungan dietilen glikol (diethylene glycol) dan nitrosamin (nitrosamine)yang spesifik dalam tembakau. Kajian FDA juga menunjukkan ketidakkonsistenan kadar nikotin dalam rokok dengan label yang sama. Bahkan, dalam rokok ENDS berlabel tidak mengandung nikotin ternyata masih ditemukan nikotin.
WHO pada September 2008 telah menyatakan bahwa mereka tidak bersetuju dan tidak menyokong rokok elektronik digunakan sebagai alat untuk berhenti merokok. Pada 6-7 Mei 2010 lalu, WHO kembali mengadakan pertemuan membincang mengenai peraturan berkaitan keselamatan rokok ENDS dan menyatakan bahwa produk tersebut belum melalui pengujian yang cukup untuk menentukan apakah selamat digunakan.
Atas pertimbangan itu, maka kerajaan Indonesia menyarankan agar rokok tersebut dilarang dipasarkan. Masyarakat juga dinasihatkan agar tidak menggunakan produk tersebut sebagai alternatif rokok konvensional. “Kami ingin mengatakan kepada masyarakat, produk ini tidak selamat,” tegas sumber itu lagi.
Jadi, jika ingin hidup sihat, tentu rokok konvensional atau rokok elektronik bukanlah pilihan gaya hidup yang baik.
Sepatutnya pihak berwajib membuat siasatan rapi adakah peranti rokok elektronik itu dibenarkan pemasarannya dalam negara? Apakah bahayanya? Adakah kawalan penjualan kepada kanak-kanak seperti larangan rokok konvensional? Gadis penjual itu masih terus berbangga untuk mencari pembeli lain walaupun saya nyata tidak menyokong produk jualannya.
KPDNHEP patut bertindak segera....
sumber 1
sumber 2
No comments:
Post a Comment